"Pentingnya Membaca Al-Qur'an yang Baik dan Benar"

 



kalian adalah orang-orang terpilih, kenapa? karena sesungguhnya kamu itu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah lah yang mampu memberikan kehendak, memberikan hidayah kepada yang Ia kehendaki dan Allah SWT yang Maha Mengetahui mana-mana hamba-Nya yang pantas diberikan hidayah. Maka teman-teman, dari sekian banyak anggota FOSSI, juga teman-teman mahasiswa hukum, teman-teman Unila atau bahkan orang-orang yang melihat postingan kajian kita pada malam hari ini itu enggak semuanya Allah pilih buat bergabung. kenapa? karena pilihan. Orang-orang yang pingin belajar apalagi belajar pelajaran ilmu yang paling mulia, yaitu Al-Qur’an. dan untuk menggapai sebuah ilmu mulia ini berarti prosesnya pun wajib mulia dan yang boleh untuk ikut ke jalan mulia ini hanyalah orang-orang yang mulia, yang dipilih oleh Allah SWT. Kita tuh enggak bisa kalau kita sudah sebar pamflet kajian gitu kan, tapi kita enggak bisa untuk mengajak mereka, yakin Allah lah yang mampu memberikan hidayah, memberikan petunjuk siapa yang dikehendaki-Nya, untuk ikut belajar ilmu yang paling mulia ini, yaitu Al-Qur’an.

 

Ada keutamaan Al-Qur’an, ana hanya mencantumkan tiga dari banyaknya keutamaan Al- Qur'an :

a.       Bawasanya, barang siapa yang membaca satu huruf Al-Qur’an maka baginya satu kebaikan dan satu kebaikan akan di lipatkan menjadi 10 kebaikan semisalnya aku tidak mengatakan م ۤ ۤل ا satu huruf akan tetapi Alif satu huruf, laam satu huruf, dan Mim satu

huruf.” Maka ketika kita baca م ۤ ۤل ا saja kita dapat 30 pahala, 30 kebaikan begitu. (HR.

Tirmidzi dan dishahihkan di dalam kitab Shahih Al-Jami’, No. 6469).

b.      Dan satu kebaikan itu bisa menghapuskan satu keburukan atau dosa kita. “Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan- perbuatan yang buruk.” (Q.S. Hud; 114)

c.       Bacalah Al-Qur’an karena sesungguhnya dia akan datang pada hari kiamat sebagai pemberi syafa’at kepada orang yang membacanya. (HR. Muslim)

Syafa’at itu adalah pertolongan, kepastian antum untuk mendapatkan tempat yang pasti di Yaumil Qiyamah (disyurga). Kita semua pasti pingin masuk syurga, tapi kalo kita cuma pingin tapi gatau caranya, sama saja bohong. Maka ambillah cara masuk surga yang gampang dikerjakan dan bisa dikerjakan dimanapun yaitu membaca Al-Qur’an.

 

Kenapa ana pribadi menekankan kepada yang hadir pada malam hari ini untuk membaca Al- Qur’an sebagai pemasti keadaan kita diakhirat kelak? Karena Allah memberikan keistimewaan dalam syafa’at Al-Qur’an. Bedanya syafa’at Al-Qur’an sama syafa’at Allah yang lainnya adalah kalo yang lainnya antum wajib masuk dulu ke neraka, teman-teman Allah tolong untuk ke syurga. Ada ga yang mau masuk dulu ke neraka walaupun cuma satu menit? pasti nggak ada kan, pasti kita maunya langsung ke surga. Maka itulah Al-Qur’an, Al-Qur’an nanti di akhirat kelak memberikan syafa’at bagi para sahabatnya, bukan ketika sahabatnya masuk neraka, tetapi ketika para sahabatnya mau nyemplung barulah Al-Qur’an menahannya supaya ga nyemplung. Artinya, Al-Qur’an itu enggak mau banget sahabatnya tersentuh api neraka sedikit pun. Syafa’at Al-Qur’an itu untuk orang yang membaca Al-Qur’an dan mengamalkannya. Gak perlu hafiz, Cuma kita baca, kita amalkan dan kita jaga nih Istiqomah dengan Al-Qur’an dan itu adalah pekerjaan yang pasti bisa dikerjakan oleh seluruh orang dimuka bumi ini, masalahnya adalah kitanya yang mau apa enggak. dan enggak semua orang juga Allah kasih izin buat membaca Al-Qur’an. Kenapa? Karena Al-Qur’an adalah barang yang paling mulia di muka bumi. Jadi orang-orang yang bisa baca Al-Qur’an adalah orang-orang yang tidak sembarangan.


Lalu pertanyaannya, bagaimanakah bacaan yang dimaksud? ada 5 poin akan ana sampaikan setelah ini, tapi sebelumnya yang ingin ana sampaikan adalah bacaan yang dimaksud adalah bacaan yang sudah pasti ikut ke Rasulullah SAW, karena hakikatnya kita dalam beribadah itu wajib ikut caranya Nabi Muhammad SAW, supaya diterima amalannya. Maka disini, ada beberapa poin bacaan Nabi Muhammad SAW.

1.      Memperjelas huruf per hurufnya. (Hadist riwayat Ummu Salamah)

2.      Memutus bacaan ayat demi ayat (Ummu Salamah, HR. Tirmidzi)

3.      Membaca dengan Mad (HR. Qotadah berkata kepada Anas bin Malik)

4.      Terbiasa berinteraksi dengan ayat (HR. Tirmidzi & Abu Hurairah)

5.      Membaguskan bacaan (HR. Ahmad, Abu Daud, An Nasai, Ibnu Majah, Ad Darmi)

Hukum membaca Al-Qur’an adalah dengan tajwid sebagaimana dalil yang mengatakan dalam Surah Al-Muzzammil ayat ke-4, “dan Tartilkanlah Al-Qur’an dengan sebagaimana Tartil.” Menurut perkataan imam Ali bin Abi Thalib, makna “Tartil adalah : Mentajwidkan (Mebenarkan pengucapan) huruf dan mengetahui tempat berhenti (juga memulai bacaan)”. Ada kewajiban bagi pembaca AL-Qur’an, dari (Al Muqoddimah Al Jazariyyah : 4, 5, 6). “Kemudian setelah itu, sesungguhnya kitab ini merupakan Muqoddimah (pendahuluan) yang berisi mengenai apa-apa yang wajib dipelajari oleh para pembaca Al-Qur’an. Maka wajib secara mutlak bagi para pembaca Al-Qur’an, sebelum mereka mulai membaca Al- Qur’an, hendaklah terlebih dahulu memahami, tempat tempat keluarnya huruf serta sifat-sifatnya yang, agar mereka bisa mengucapkan huruf demi huruf tersebut dengan bahasa yang paling fasih.”Kalo asal membaca saja gatau sifat/mahraj nya, maka kita otomatis bacaannya ga akan awet. Ada komponen penyusun bagusnya bacaan ada 5 poin. 5 komponen yang wajib dipenuhi jika antum ingin membaguskan bacaan Al-Qur’an.

1.      Mahraj

2.      Sifat nya

3.      Harakatnya : Kalo kita artikan secara bahasa, secara bahasa apa makna harakat fathah maka maknailah secara bahasa harakat dalam bahasa Arab Harakah artinya bergerak. Fathah artinya membuka. Digabungin, maka bergerak membuka. Selanjutnya kasrah berarti bergerak ke bawah, pun ketika dammah, dammah itu bergerak monyong. Ucapkanlah dengan tidak berlebih-lebihan, maka bacalah dengan alami saja.

1.      Penghayatan : berarti membaca dengan hati. Kalo ada ayat yang bergembira maka pakai dana yang bergembira, dsb.

2.      Suara : memperbagus juga bacaan kita dengan nada. Dan wajib diketahui memperbagus bacaan masuk ke tahapan yang kelima. Makanya kata guru ana, beliau mengatakan, jikalau kita menghiraukan atau tidak memperhatikan kefasihan huruf-huruf kita walaupun satu kali, tidak akan sampai ke yang namanya bacaan bagus, bacaan benar. 


Diskusi

Pertanyaan : mengenai makhorijul huruf dimana apabila ada seseorang yang memiliki keterbatasan berupa amandel yang panjang, sehingga ketika mengucapkan ra terdapat kesulitan, lalu bagaimana solusinya tad?

Jawaban : Allah itu tidak akan membebani hambanya, diluar batas kemampuannya. Sama kaya orang buta, apakah wajib melihat?, sama kaya orang gada kaki, apakah solatnya wajib berdiri? Tentu engga. Maka lalukanlah sesuai batas kemampuan kita saja. Kemampuan ini bukan penilaian dari pribadi, tapi kemampuan pada hakikatnya.

Pertanyaan : Jadi di suatu sekolah biasanya pagi hari itu melakukan tilawah dan pembacanya itu pasti ada beberapa yang masih belajar dan beberapa juga ada yang bagus juga. Pertama, hukumnya apa ustadz? karena kan ada bagusnya membiarkan mereka untuk bisa berani tampil di depan Sebaliknya, pasti kan kita kan kayak ngerasa berdosa baik yang menunjuk maupun yang menerima. Nah itu hukumnya apa ustadz? terus yang kedua tentang hukum kita kebanyakan praktek daripada teori, terima kasih.

Jawaban : Yang pertama itu konteksnya dalam belajar. Jangan samakan ganjaran atau dosa atau enggaknya ketika belajar dan ketika ibadah. Kalau kondisi belajar enggak apa-apa yang penting dia dari rumah dia belajar Al-Qur’an, yang penting dia paham kalau bacaan dia belum tepat dan dia mau untuk memperbaikinya. yang penting itu. jadi itu bukanlah salah yang milih atau salah yang dipilih karena itu lagi dalam konteks pembelajaran. yang kedua tadi kita mengetahui prakteknya tapi kita enggak hafal teorinya, nah inilah kejadian pada zamannya sahabat Nabi, pada zaman itu Al-Qur’an sudah pakai tajwid bacanya, makanya kayak materi sifat, makhraj, tajwid, itu ada di zaman setelah sahabat, zamannya para ulama. kenapa dibuat seperti itu? untuk memudahkan pembelajaran karena seiring zaman berlalu, ketika pada zaman sahabat kan itu semuanya orang Arab, jadi ketika Nabi baca Al-Qur’an Maka mereka mengikuti udah fasih bacaannya (Bahasa Arab masih murni). ketika bangsa Arab itu nikah sama bukan Arab disitulah bahasa Arab sudah mulai hancur karena campuran tadi. Disitulah ada ulama pada zaman itu membuat kitab hukum-hukum tajwid untuk mempermudah pembelajaran. Maka otomatis apabila kita ingin belajar dengan mudah, alangkah baiknya kita mengetahui fondasi-fondasi penyusun bacaan yang fasih.

Bagaimana seorang pembaca Al-Qur’an secara rutin (suka khatam) tetapi bacaan Al- Qur’an nya tidak memakai tajwid apakah Allah terima atau tidak?

Jawaban : pertanyaan itu kita enggak bisa menghukumi dia salah apa enggaknya yang bisa menghukumi dia salah apa enggaknya hanyalah dia pribadi. kalau memang dia sudah mengetahui bacaan dia salah dan belum mau untuk memperbaikinya maka disitulah ada kesalahan. Tapi kalau memang dia sudah tahu bacaannya salah dia perbaiki bacaannya tetapi belum baik-baik bacaannya apa jawabannya enggak apa-apa. gitu kan orang yang membaca Al-Qur’an dengan terbata-bata maka baginya dua pahala, dua ganjaran. jadi enggak ada istilahnya rugi kita belajar walaupun enggak betul-betul bacaannya kita gapapa yang penting kita sudah usaha. yang namanya ilmu itu kan dari Allah semua kan tapi untuk konteks bisa apa enggak nya kita dalam menerapkannya itu kembalikan ke kehendak Allah. apakah kita sudah pantas nih untuk bisa fasih bacanya atau belum kalau belum apakah salah di kita pribadi yang suka bermaksiat serta berbuat buruk sehingga Allah enggan untuk memberikan kefasihan dibacakan kita atau yang kedua Allah ingin melihat kita berjuang dulu untuk kalamullah-nya Jadi ada dua kemungkinan ketika sudah belajar tapi gabisa-bisa. Pertama, entah antum memang salah di pribadinya (bikin dosa/maksiat). Atau yang kedua, Allah menguji semangat Antum. 

Sumber : Resume Kajian Departemen KIIK

Penyunting : Ajeng Nur Annisa

Komentar

Postingan populer dari blog ini

"Menjaga Sikap Istiqomah"

"Hijrah Kekinian Diera Milenial"

"Silaturrahim Akbar FOSSI FH Unila"