“ Syahadat Bukan Sebatas Sebuah Kalimat”


Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh...

Pembahasan kita pada malam hari ini itu adalah pembahasan yang sangat fundamental sekali di dalam kita berislam, sangat fundamental sekali dalam aktivitas keimanan kita kepada Allah SWT. yaitu tentang Syahadatain (dua kalimat Syahadat). diantara kita sudah hafal tentang dua kalimat syahadat bahkan dari kecil kita sudah mengenalnya, sudah menghafalnya, sudah mengulang-ulangnya, bahkan sampai hari ini dalam setiap sholat-sholat kita, kita senantiasa mengulang-ulang dua kalimat syahadat dalam tahiyat akhir misalnya. 

Tetapi, dalam perjalanan waktu kita perlu memahami tentang apa itu syahadat, mengapa syahadat ini menjadi sangat penting posisinya di dalam kita berislam dan memperkuat keimanan kita kepada Allah SWT. Syahadat ini bukan hanya kalimat biasa, bukan hanya dua kalimat yang hanya tersampaikan di dalam bibir kita saja. Tetapi ini adalah kalimat yang sangat dahsyat, kalimat yang sangat ajaib, bahkan dengan kalimat inilah sesungguhnya para Nabi termasuk Nabi Muhammad SAW. sebagai Nabi terakhir itu mengajarkan terhadap ini dalam dakwahnya. 

Dalam sejarah juga dikatakan bahwa para Nabi yang lainnya sebelum Nabi Muhammad SAW. dari Nabi Adam hingga Nabi Isa AS. itu juga mengajarkan sebuah risalah yang namanya meng-ESA-kan Allah SWT. mengajarkan tentang bagaimana kita bersaksi bahwa tiada Tuhan yang layak disembah kecuali Allah SWT. Jadi ini adalah materi yang sangat penting bagi kita sebagai seorang muslim kalau ditanya apa itu Asyhadu an laa ilaaha illallaahu, wa asyhaduanna muhammadar rasuulullah, jangan sampai kita hanya bisa menjawab saya bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan saya bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah. tidak cukup begitu saja, itu benar, tidak ada yang salah tetapi kita harus mulai merenungi, memahami, menyelami, apa makna-makna dari dua kalimat Syahadat yang kita ucapkan. Maka setiap hari kita perbaharui dalam sholat-sholat kita.

Lalu Mengapa Syahadat ini menjadi kedudukan yang sangat penting, (Urgensi Syahadat) : a) Syahadat itu adalah madkhalun ilal Islam (pintu gerbang masuk ke dalam Islam)

Syahadatain atau dua kalimat syahadat itu pilar yang paling utama. Jika orang mau masuk ke dalam rumah, maka tentu dia akan memasuki satu pintu utamanya agar dapat masuk ke dalam rumah tersebut. Maka begitulah pada saat seseorang ingin masuk ke dalam Islam, dia harus masuk ke dalam pintu itu, adapun kita yang lahir dari orang tua yang memang sudah muslim karena ruh kita sesungguhnya pada intinya adalah untuk menyembah Allah SWT. Sehingga pada fitrahnya setiap manusia yang dilahirkan di muka bumi ini itu fitrahnya adalah menyembah Allah SWT.

Dua kalimat Syahadat merupakan satu rangkaian yang menyatu menjadi satu, menjadi satu kekuatan bagi seorang muslim untuk tetap bertahan hidup mencari keselamatan dunia dan akhirat hanya dengan dua kalimat syahadat dan istiqomah dengan dua kalimat syahadat. Kenapa? karena dengan itulah kita dikatakan sebagai Muslim, karena itulah kita sekarang beragama Islam, dan dengan itulah kemudian semua amal ibadah, zikir-zikir, sholat, tilawah-tilawah kita di akui oleh Allah karena kita mengakui Asyhadu an laa ilaaha illallaahu, wa asyhaduanna muhammadar rasuulullah, selain didalamnya juga ada amal-amal, ada keihklasan, dan harus mengikuti Nabi Muhammad.

Jadi ini adalah salah satu pondasi penting yang pertama bahwa syahadat itu bagian yang tidak bisa dipisahkan dalam kehidupan kita sebagai seorang muslim makanya tadi yang saya sampaikan kenapa non muslim mau masuk islam itu harus mengucapkan syahadat? Karena itu adalah pengakuan setidaknya beberapa pengakuan yang harus dilakukan oleh seorang non muslim kalau ingin menjadi muslim,

1. Pengakuan bahwa Allah SWT. adalah Rab yang menciptakan, yang memiliki yang memberi rezeki, yang mengatur segala sesuatu.

seorang muslim yang istiqomah dengan syahadat tidak ada ketakutan dalam kehidupannya, tidak ada ketakutan dalam menghadapi apapun di dalam kehidupannya hanya menjadikan Allah sebagai harapannya. bahkan meyakini bahwa Allah yang mengatur segala sesuatu. Jadi kita tidak pernah merasa diri kita adalah orang yang paling hebat kita hanya bagian dari upaya ikhtiar ibadah yang kita lakukan tapi semua Allah yang mengatur, tidak ada kekecewaan dalam kehidupan kita. Ikhtiar, belajar sedemikian rupa, tiba-tiba dapat C misalnya kita serahin sama Allah ikhtiar sudah, pahala dapat, ikhtiar dapat, pahala niatnya dapat. hasil itu hak progatif Allah SWT. dapat C ya sudah kita pasrahkan, mau ngulang silahkan, enggak mau mengulang silahkan aja terima. Tidak ada kekecewaan karena kita tahu Allah yang mengatur segala sesuatunya sepanjang doanya sudah baik, sepanjang ikhtiar sudah baik, sepanjang niatnya sudah baik, Insya Allah semuanya terbaik yang Allah berikan kepada kita ini hebatnya syahadat dalam kehidupan seorang muslim.

2. Pengakuan bahwa satu-satunya yang layak disembah itu adalah Allah SWT.

3. Pengakuan bahwa ajaran Islam ini diturunkan oleh Nabi Muhammad SAW.

Jadi itu paket, syahadat itu satu paket nggak boleh dipisah-pisah. ada satu ayat dalam Quran surat Al-Imron ayat 31. “Katakanlah (Muhammad), “Jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mencintaimu dan mengampuni dosa- dosamu.” Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.”

b) kedua adalah bahwa syahadat itu khulashatu ta’alimil Islam (syahadat adalah inti dari ajaran islam)

ini kita harus pahami, kita belajar sana-sini tentang Islam tapi syahadat tidak pernah kita dalami, syahadat tidak pernah kita gali, hati hati ya. Sebetulnya inti ajaran Islam kan al-ibadatu lillah (ibadah kita kepada Allah) baik secara fardiyyan (secara sendiri). Misalnya dzikir, istughfar, sholawat dll atau secara jama’iyyan (secara kolektif). Misalnya, Shalat berjamaah, berkumpul di sebuah organisasi dengan dengan visi yang sama tentang dakwah itu ibadah-ibadah kolektif.

Selain ibadah juga inti ajaran islam itu juga laa ilaaha illallaahu. Semua para nabi mengajarkan laa ilaaha illallaahu. mengajarkan bahwa tidak ada Tuhan yang layak disembah kecuali Allah SWT.

c) syahadat asasul inqilab (syahadat itu adalah fondasi tentang perubahan)

Jadi kalo kita ingin berubah tentang apapun di dalam kehidupan kita baik secara individu maupun dalam masyarakat kita. pondasi yang pertama yang harus kita perkuat adalah syahadat kita kepada Allah. setelah itu perbaiki sholat-sholat kita, terus perbaikan diri. Insya Allah kita akan melakukan perubahan yang total dalam kehidupan. Dalam bahasa yang sekarang bilangnya hijrah. berubah dari sesuatu yang buruk menjadi lebih baik. hijrah itu harus dilandasi dengan dengan keimanan yang kuat dengan tauhid kepada Allah yang terus dipelihara, dipupuk karena keimanan itu seperti tanaman harus dipupuk, harus dirawat, harus disiram, kalau enggak keimanan kita akan kering.

d) hakikat dakwah Rasulullah.

Islam tersebar dimanapun, karena tertancapnya dakwah nabi tentang laa ilaaha illallaahu dulu di mekkah, di madinah. Maka kita harus bersyukur menjadi umat Islam. Banyak diantara dalil-dalil Quran misalnya, Q.S. Al-A’raf ayat 158 salah satu dalil yang mendorong kita yakin bahwa ini adalah bagian dari dakwah para nabi dan samapi kepada kita dakwahnya hari ini. Selanjutnya ada Q.S. An-Nahl ayat 36, “Dan sungguh, Kami telah mengutus seorang rasul untuk setiap umat (untuk menyerukan), “Sembahlah Allah, dan jauhilah tagut”, kemudian di antara mereka ada yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula yang tetap dalam kesesatan.”

e) syahadat mengandung fadhailun ‘adzimah (Keuatamaan yang agung)

Keutamaan yang sangat besar, jadi mempelajari tentang syahadat, memahaminya, merenunginya, mengimplementasikannya, terus senantiasa diperbaharui (dikuatkan terus). Keuntungan di dunia : diakui sebagai muslim, diakhirat, Insya Allah dengan kalimat syahadat ini kita akan mendapatkan keuntungan juga.

Diskusi

- Mengapa kita harus berpasrah pada suatu keadaan dan mengatasnamakan takdir padahal seharusnya kita harus berusaha yang terbaik terlebih dahulu? Tolong penjelasannya ustad terima kasih

Jawaban : pada dasarnya yang dimaksud dalam konteks ini adalah menerima takdir apapun itu, ketika kita telah berusaha yang terbaik . misalnya kita sudah belajar sebaik mungkin namun masih dapet C maka kita harus menerima dengan lapang dada.

Jadi yang harus kita lakukan, kita belajar luar biasa, ikhtiarnya di sempurnakan, doanya juga diutamakan. Dapat C terima sebagai sebuah takdir kalau kita sudah usaha karena usahanya dapat pahala, doanya dapat pahala, hasilnya itu hak progatif Allah. karena hasil bukan hak kita hasil itu kehendak Allah bukan kita yang akan menentukan.

- Jika ada orang non muslim berbuat baik, melakukan kebajikan, sedekah terus-menerus, dll. cuman hanya perkara syahadat dia dibilang sampai ga masuk surga karena memang beda keyakinan begitu. Sebenarnya kalau dari pandangan Islam itu sendiri Saya melihat itu sebagai suatu ketidakadilan karena orang itu sudah berbuat baik di dunia, tapi karena dua kalimat syahadat tadi dia ini tidak bisa masuk surga. Bagaimana pandangan Ustadz terkait hal itu?

Jawaban : Kalau dalam konteks sosial kita harus menghormati dan menghargai serta berbaur dengan mereka. Tapi, Dalam konteks tauhid (keimanan kita kepada Allah SWT) tentu berbeda. Karena mereka juga beriman kepada Tuhan yang berbeda dengan kita dalam konteks tauhid mungkin dalam konteks sosial mereka juga akan baik dengan kita. kalau tentang keimanan, kalau saya dipandang oleh mereka juga masuk neraka enggak apa-apa kalau saya misalnya orang non muslim menganggap saya walaupun saya dianggap orang baik misalnya lalu mereka bilang karena enggak seiman pasti masuk neraka ya enggak apa-apa karena itu menurut keimanan mereka gitu.

Kita bicara dalam konteks iman ya bukan bicara dalam perspektif yang lain. Jadi bicara iman itu sangat privat, agamamu agamamu agamaku agamaku.

Jadi jangankan orang non muslim, apakah kita yang orang Islam akan masuk surga semuanya? para ulama sepakat akan masuk surga semuanya walaupun misalnya ada yang berdosa dibersihkan dulu misalnya sebagian para ulama mengatakan begitu orang Islam itu semuanya beriman sama Allah itu akan masuk surga Allah SWT. adapun mereka yang berdosa tapi tetap berimannya dia akan bersihkan dulu dosanya dibersihkan dulu. seperti itu, apakah kita bilang oh enggak adil sudah beriman sama Allah tapi masuk neraka dulu untuk dibersihkan. rasa-rasanya kalau dalam perspektif iman kita hanya bisa mencari petunjuk dalam Alquran dalam Hadis atau dari para ulama petunjuk-petunjuk itu kalau petunjuk itu kita berdasarkan rasa kita pikiran kita sendiri kayaknya kita enggak akan sampai tentang itu. Jadi itu tadi ya, untukmu agamamu, dan untukku agamaku.

- Apabila ada seorang mualaf, namun dalam segi ibadahnya masih kurang baik, apakah keutamaan atau pahala menjadi mualafnya tersebut hilang?

Jawaban : Kalau ada seseorang yang bersyahadat, misalnya hari ini Syahadat jam 11 siang, maka begitu dia Syahadat semua hak dan kewajiban sebagai seorang muslim itu langsung melekat pada dirinya. Begitu adzan zuhur dia harus sudah ikut sholat walaupun dia belum tahu bacaannya, tapi dia minimal dia mengikuti gerakan atau diajarkan cuma subhanallah alhamdulillah wa lailahaillallah per setiap setiap gerakannya misalnya itu enggak ada masalah tapi hak dan kewajibannya itu udah mulai menempel di dalam dirinya. Makanya kenapa keutamaan orang mualaf itu pertama dia pada saat dia bersyahadat itu seluruh dosanya itu di nol kan lagi. jadi orang yang ingin lihat orang yang bersih seperti bayi enggak punya dosa dan belum ada pahalanya itu orang yang baru mualaf.

Jadi seorang mualaf itu perlu dibimbing, jangan sampai dia lepas, kasihan dia dia enggak ada yang ngebimbing. Jadi bagusnya ada yang membimbing tentang sholatnya, diajarin walaupun salat dia hanya sebulan, dua bulan baru hafal, gapapa. Tapi selama satu dua bulan itu lima waktunya terus dia jalankan. Walaupun dengan bacaan yang sebisa dia lakukan, tapi gerakannya ngikutin semua itu harus dilakukan sebagai sebuah kewajiban dia sebagai seorang muslim. Kalau dibilang gugur mualafnya enggak ya karena kalau dia tetap yakin kepada Allah SWT. dia tetap menjadi seorang muslim Insya Allah. Asal tadi, harus ada yang membimbingnya untuk tetap menjaga kewajiban- kewajiban dia sebagai seorang muslim.

Demikian,

Wassalamualaikum warahmatullahi Wabarakatuh...

 Sumber : Resume Kajian Departemen KIIK

Penyunting : Ajeng Nur Annisa

Komentar

Postingan populer dari blog ini

"Menjaga Sikap Istiqomah"

"Hijrah Kekinian Diera Milenial"

"Silaturrahim Akbar FOSSI FH Unila"